Parenting

Menari Bersama Maestro Didik Nini Thowok

Beragam cara bisa dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter dan cinta budaya Indonesia pada anak-anak kita. Salah satunya dengan belajar tari tradisional. Hari Minggu, 30 Oktober 2022 adalah hari bersejarah bagi aku dan Cinta, karena bisa bertemu langsung dan belajar menari besama Maestro Tari tradisional Indonesia yang sudah mendunia. Siapa lagi kalau bukan (Eyang) Didik Nini Thowok.

 

Menari bersama maestro
Source: Instagram Museum Nasional

Tentang Didik Nini Thowok

Saat masih kelas empat sekolah dasar, aku berlangganan Majalah Bobo. Dari sanalah, aku membaca profil seorang maestro tari tradisional Indonesia, yang sudah mendunia. Siapa lagi kalau bukan Didik Nini Thowok, yang saat ini lebih familier disapa “Eyang” Didik.

Proses kreatif dalam berkarya di dunia seni tari tradisonal membuat Eyang Didik banyak diundang dalam pertunjukan seni kelas nasional hingga mancanegara.

Yang paling kuingat dalam tarian Eyang Didik adalah adanya unsur humor dan kelenturan tubuhnya. Ia pernah tampil membawakan tari Dwi Muka, ciptaannya sendiri di depan tamu-tamu KTT Non Blok di Jakarta pada tahun 1992. Tari yang sama juga pernah ditampilkan di Istana Negara, Jakarta, dalam acara Cultural Performance para tamu negara, saat mereka berkunjung ke Indonesia tahun 1993.

Didik Nini Thowok
Source: detik.com

Saat membawakan tarian tersebut, Eyang Didik membelakangi penonton. Ia mengenakan topeng dan pakaian wanita yang menghadap ke belakang. Topeng dan busana itu pula yang membuatnya seolah-olah menghadap ke penonton. Klimaksnya adalah ketika Eyang Didik membalikan badan. Bisakah kalian membayangkannya?

Dari Majalah Bobo juga, aku mengetahui bahwa  Eyang Didik merupakan seorang penari multitalenta. Tak hanya piawai menari, ia juga merupakan seorang koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, perias wajah, dan  dosen perguruan tinggi di Yogyakarta.

Hingga kini, Eyang Didik Nini Thowok masih aktif berkarya. Menari dari berbagai panggung mancanegara dan mengajar tari di sanggar tari miliknya.

 

Pertemuan dengan Eyang Didik Nini Thowok

Pertemuan kami dengan Eyang Didik tak lepas dari kesempatan yang hadir melalui Yayasan Belantara Budaya Indonesia. Bagi kalian yang sering melihat update status aku di Instagram, pasti sudah tak asing lagi dengan kegiatan Cinta belajar menari pada setiap akhir pekan di Museum Nasional. Ngomong-ngomong, informasi lengkap tentang Yayasan Belantara Budaya Indonesia akan aku ceritakan pada postingan lain di blog aku nanti, ya.

Jadi, pada hari Minggu, 30 Oktober 2022, Yayasan Belantara Budaya Indonesia berkolaborasi dengan Museum Nasional Indonesia dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengadakan kegiatan bertajuk “Menari Bersama Maestro, Sarasehan dan Workshop bersama Eyang Didik Nini Thowok, Ibu Sri Hartini (Plt. Kepala Museum dan Cagar Budaya), serta Ibu Diah K. Wijayanti (Founder Yayasan Belantara Budaya Indonesia) yang bertindak sebagai moderator acara.

Acara ini berlangsung pada jam 09.00 WIB, dan ditayangkan secara langsung di kanal YouTube Museum Nasional Indonesia.

 

Rangkaian Acara Menari Bersama Maestro

Kemeriahan acara sudah dimulai bahkan sejak pagi hari, satu jam sebelum acara inti dimulai. Anak-anak dan remaja siswa Sekolah Tari Belantara Budaya sudah bersiap dengan riasan wajah, kebaya merah putih, kain batik panjang, dan selendang yang melingkari pinggang mereka.

Bukan apa, sebab bagi sebagian besar dari mereka, ini adalah pertemuan kali pertama dengan Eyang Didik Nini Thowok. Bisa bertemu dengan Sang Maestro saja rasanya sudah bahagia tak karuan, apalagi bisa menari bersama dalam satu ragam kegiatan bersama. Sungguh impian yang jadi kenyataan!

Menari Bersama Eyang DeNT

Tepat jam sembilan, Eyang Didik beserta rombongan memasuki lobi kaca Museum Nasional, tempat diselenggarakannya acara sarasehan dan workshop. Puluhan pasang mata menuju ke sosoknya yang berpenampilan sangat bersahaja.

Rangkaian acara pada hari itu diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lalu dilanjutkan dengan penampilan tari Kreasi Kalimantan, sebagai tarian pembuka.

Para penari remaja mengenakan kostum berwarna hitam, berhiaskan motif warna warni khas pulau Kalimantan. Gerakan mereka sangat gemulai, diiringi musik yang menghentak dan menularkan energi yang semangat.

Belajar menari gratis

Selesai tari Burung Enggang ditampilkan, acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Ibu Sri Hartini (Plt. Kepala Museum dan Cagar Budaya), serta Ibu Diah K. Wijayanti (Founder Yayasan Belantara Budaya Indonesia).

Setelah itu, acara sarasehan (dengar pendapat/ diskusi) bersama Eyang Didik Nini Thowok. Pada kesempatan ini, banyak wejangan yang diberikan oleh beliau.

 

Pesan-Pesan dari Eyang Didik Nini Thowok untuk Para Orangtua

Bagian yang paling menarik dari sesi sarasehan bersama Eyang Didik adalah saat beliau menceritakan tentang masa kecilnya. Sejak kecil, beliau begitu akrab dengan dunia kesenian. Konsistensi dan kegigihannya dalam belajar seni tari (meski sempat dibully karena ia laki-laki tapi belajar tari),  tak menurunkan semangatnya dalam terus berkarya.

Eyang Didik mengatakan bahwa makna dari sebuah proses dalam belajar menari itu sungguh luas. Dengan belajar menari, artinya kita juga belajar tentang tata krama, sopan santun, dan kedisiplinan.

Baginya, profesi penari bukanlah profesi yang tidak menjanjikan. Buktinya, ia dapat menjelajah ke berbagai negara di lima benua untuk memenuhi undangan, membawakan tarian tradisional Indonesia.

Sarasehan bersama Didik Nini Thowok

Waah, membanggakan sekali yaa!

Pada kesempatan kali ini, Eyang Didik juga berterima kasih kepada para orangtua yang mampu konsisten untuk mendampingi anaknya untuk belajar kesenian tradisional Indonesia. Ia juga mengapresiasi semangat para siswa yang hadir untuk menari bersama.

Eyang Didik meyakini bahwa dengan dukungan dan didikan dari kedua orangtuanya, kelak anak-anak ini akan menjadi manusia yang sukses dan berbudaya, meski mungkin nantinya ada juga yang tidak berprofesi sebagai penari.

Yang jelas, dengan menari tarian tradisional Indonesia, artinya para generasi penerus bangsa sudah berproses untuk belajar pengembangan karakter dan mampu meneruskan upaya untuk melestarikan budaya Indonesia.

 

Menari Tari Jaimasan Bersama Eyang Didik Nini Thowok

Inilah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu menari Tari Jaimasan bersama Eyang Didik Nini Thowok.

Mengapa Tari Jaimasan? Sebab tarian ini adalah merupakan karya Eyang Didik, yang juga dipelajari oleh para siswa di Belantara Budaya Indonesia.

Awalnya, anak-anak menari bersama. Setelah itu Eyang Didik turun langsung dan mengoreksi gerakan-gerakan para siswa yang dirasa kurang sesuai. Di sini, aku benar-benar merasakan bahwa Eyang Didik adalah pribadi yang detail. Ada hal-hal tertentu yang aku baru tahu dalam gerakan tari Jaimasan, saat Eyang Didik yang langsung memeragakannya.

 

Tari Jaimasan

Meski usianya sudah menginjak senja, namun semangat dan energinya saat mengajar tari sungguh patut diacungi jempol. Padahal, Eyang Didik baru sampai di Jakarta dan akan pulang ke Yogya di malam harinya juga.

Pada sesi praktik menari bersama, Eyang Didik menyelipkan pesan tentang pentingnya menjaga rasa (wirasa) dalam setiap kali menari. Yang mana rasa tersebut akan berharmoni dengan dua hal dasar lain dalam tarian, yaitu gerakan (wiraga) dan kesesuaian dengan irama (wirama) nya.

Belajar Menari di Museum Nasional

Bagaimana caranya? Yaitu dengan menguarkan rasa melalui senyuman.

(Aih, indahnya…)

 

“Senyum yang paling bagus itu dari dalam, nanti akan terpancar lewat wajah, ya. Lewat tarian yag bagus-bagus itu.”-Didik Nini Thowok

 

Jadi, jangan lupa senyuuummmmm…. ;)))))

 

Kesan-Kesan Bundanyacinta

Yups, bagiku kemarin itu bukan hanya sekadar menemani anak semata wayang belajar menari dari Sang Maestro. Tapi juga “siraman batin” bagi para orangtua dalam mendidik anak untuk mencintai budaya negerinya, sejak dini.

Diperlukan konsistensi dan kesungguhan hati supaya anak bisa fokus dan belajar kesenian tari secara berkelanjutan. Sebab, jika bukan orangtua yang memberikan teladan, lalu siapa lagi?

Menari di Belantara Budaya Indonesia

Jika bukan orangtua yang memberikan semangat, lalu siapa lagi?

Serta jika bukan orangtuanya yang memberikan dukungan tenaga, waktu, dan pikiran demi masa depan anak, lalu siapa lagi?

Itulah yang menjadi refleksiku pada kali pertama pertemuan kami dengan Eyang Didik. Di akhir acara, seluruh siswa, guru tari Belantara Budaya, dan Eyang Didik menari tari Maumere bersama-sama. Begitu meriah, riuh, dan semangat dalam mengakhiri sesi sarasehan dan workshop pada hari itu.

Flashmob Tari Maumere

Tepat pukul dua belas, acara selesai. Ingin seperti orang lain, berfoto bersama beliau, tapi keadaan sangat penuh sesak dan aku juga sudah cukup lelah karena seharian mengenakan sandal wedges, hahahaha… Akhirnya aku menyerah dan memilih untuk mengajak Cinta pulang agar bisa segera beristirahat.

Terima kasih Eyang Didik, terima kasih Belantara Budaya.

Semoga setelah saat itu, Cinta bisa bertemu lagi dengan beliau, dalam waktu dan kesempatan yang lebih lapang.

Salam Rahayu.

Florensia Prihandini

Selamat datang di Blog Bundanyacinta! Perkenalkan, saya Flo. Blog ini berisi warna-warni kehidupan saya sebagai singlemom yang aktif dalam dunia kepenulisan. Di blog ini, kalian akan diajak untuk memahami bagaimana serunya dunia single parenting. Selain itu, saya juga mengulas buku, drama Korea, musik, tempat-tempat wisata, dan menulis cerita fiksi yang biasanya diangkat dari kisah nyata. Silakan menikmati, like, dan tinggalkan komentar yang positif ya 🙂

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *